Para Bayi Di
KontesIniMenangisKarena Sumo
Kamis, 22 Agustus 2013 16:00
courtesy of huffingtonpost
TidakCumatrenmasyarakatnya
yang aneh, negerisakurajugayang tidakbiasa.Mulaidari festival
alatkelaminpriasampaitradisimenontonbungasakura yang indah.
Naki Sumo,
salahsatubagiandaribudaya yang masihdilestarikansampaisaatiniadalahsebuah
festival tangisanbayi. Uniknya, parabayi yang ikutberlomba di
kontesiniseakandipaksamenangisdanjugaketakutanolehparapesumo.Sumo yang
merupakanpegulattradisionalJepangmemangterkenalkarenabadanmereka yang
besardangemuk.
Di festival Naki Sumo, dua
orang pegulatJepangyaitu sumo berbadanbesarmasing-masingmenggendongbayi yang
menjadipeserta di festival
ini.Tugasdariparapesumoiniternyataadalahmembuattakutdanmembuatbayi yang digendongnyamenangisketakutan.Siapa
yang berhasilmembuatbayimenangisketakutandanberteriakketakutan paling kencang,
dialahpemenangnya.
Dipercayaanak yang
diikutsertakandanmenangis di festival Naki Sumo berartikondisikesehatannyabaik,
danterhindardaripengaruhsetan-setanjahat.Tradisi yang sudahberumur 400
tahuninisudahdiselenggarakansejakzamandulu.Naki Sumo
hanyabolehdiikutiolehbalita yang berusiatigatahun. Para ibu di
Jepangmembawabayimerekake festival iniuntukmendapatkanberkatdari Yang
MahaKuasadanmelawanrohjahat
Cara yang
cukupunikdanmenggemaskanuntukmemintakesehatankepadaparadewa di sana.
Walaukasihanmelihatbayi-bayilucu yang berteriakketakutantapiternyatahalitulah
yang ditunggu orang tuamereka.Unikya ladies?
PEMBAHASAN
Rasa Takut
Kekuatantertentusecarakhasdijumpaipadausiatertentudankarenanyadisebutsebagai
“ketakutan yang khas” untuktarafusiatersebut.
Tidakadaperalihansekonyong-konyongdarisuatujenisketakutankejenisketakutanlainnya,
tetapilebihmerupakanperalihan yang bertahapdariketakutan yang spesifikkeketakutan
yang bersifatumum.
Rangsangan
yang umumnyamenimbulkan rasa takutpadamasabayiialahsuara yang keras, binatang,
kamar yang gelap, tempat yang tinggi, beradaseorangdiri, rasa sakit, orang yang
tidakdikenal, tempatdanobjek yang tidakdikenal.
Anakkecillebihtakutkepadabenda-bendadibandingkandenganbayiatauanak
yang lebihtua.Usiaantara 2 sampai 6 tahunmerupakanmasapuncakbagi rasa takut
yang khasdidalampolaperkembangan yang normal.
Alasannyakarenaanakkecillebihmampumengenalbahayadibandingkandenganbayi, tetapikurangnyapengalamanmenyebabkanmerekakurangmampumengenalapakahsesuatubahayamerupakanancamanpribadiatautidak.
Variasi
rasa takuthanyakarenabeberapa rasa takutbersifat “khas” untuktarafusia
tertentu, tidakberarti bahwasemuaanakpadatarafusiatersebutmengalaminya. Ada
variasi yang jelas, tidakhanyapadakondisi yang membangkitkan rasa
takutpadaanak-anak, tetapijugapadajumlahdanintensitas rasa takut yang
dialamiolehsetiapanak.Sebagaicontoh, sebagiananak rasa
takutnyalebihbanyakdanlebihkuat dibandingkandengananaklainnya.
Variasi
rasa takutanakpadaberbagaimacamtarafusiamencerminkanperbedaanperkembangan
mental danfisik. Variasiinijugamencerminkanberbagaimacampengalamantakut yang
dipelajarianaksertacaraanakbelajarmengekspresikanketakutanmereka.
Rasa
takuttidaksemata- matabergantungpadarangsangan yang diberikan,
tetapijugapadakeadaanlingkungandankondisianakpadasaatrangsanganterjadi.Untukdapatmeramalkanapakahseoranganakakanmemperlihatkan
rasa takutpadasituasitertentu,
kitaharusmengetahuikondisifisikdanpsikologisanakpadasaatitusertariwayatreaksitakutpadaanaktersebut.
Reaksitakutpadabayi,
reaksitakutadalahkhasberupa rasa
takberdaya.Tangisanmerupakanpermintaantolong.Merekamenyembunyikanmukadansejauhmungkinmenghindariobjekatau
orang yang ditakuti.Setelahmerekamampumerangkakatauberjalan,
merekaakanbersembunyidibelakang orang ataukursidanakantetap berada di situ sampai
rasa takutmerekaredaatausampaimerekamerasacukupamanuntukmunculkembali.
Denganmeningkatnyausiaanak,
reaksi takut yang dikekangkarenaadanyatekanan social reaksimenangistidakadalagi,
walaupunekspresiwajah yang khastakuttetapada.
Polaemosi
yang berkaitandengan rasa takutantara lain: (a) Rasa malu. Rasa
malumerupakanbentukketakutan yang ditandaiolehpenarikandiridarihubungandengan
orang lain yang tidakdikenalatautidakseringberjumpa. Rasa
maluselaluditimbulkanolehmanusia, bukanolehbinatangatausituasi.Studiterhadapbayitelahmenunjukkanbahwaselamapertengahantahunpertamakehidupan,
rasa malumerupakanreaksi yang hampir universal. (b) Rasa canggung.
Sepertihalnya rasa malu, rasa canggungadalahreaksitakutterhadapmanusia,
bukanpadaobjekatausituasi.Rasa canggungmerupakankeadaankhawatir yang
menyangkutkesadarandiri. (c) Rasa khawatir. Rasa
khawatirbiasanyadijelaskansebagai “khayalanketakutan” atau
“gelisahtanpaalasan”.Tidaksepertiketakutan yang nyata, rasa
khawatirtidaklangsungditimbulkanolehrangsangandalamlingkungantetapimerupakanprodukpikirananakitusendiri.
Rasa khawatirtimbulkarenamembayangkansituasiberbahaya yang
mungkinakanmeningkat. (d) Rasa cemas. Rasa cemasadalahkeadaan mental yang
tidakenakberkenaandengansakit yang mengancamatau yang dibayangkan.Rasa
cemasditandaiolehkekhawatiran, ketidakenakan, danprarasa yang tidakbaik yang
tidakdapatdihindariolehseseorang,
disertaidenganperasaantidakberdayakarenamerasamenemuijalanbuntu.
Sepertipadakasusbayi
yang diikutsertakandalamlombaNaki sumo Jepang, rasa takut yang munculadalahdisebabkanoleh
rasa khawatirdan rasa cemas.Bayi yang digendongolehpesumo yang
berbadanbesarakantakutdengan orang dankondisidisekitarnya. Tangisan yang
dikeluarkanbayipadasaatlombaNaki sumo ini, merupakantandapermintaantolong darisang bayi.
Updated:
Thu, 10 Jan 2013 11:54:19 GMT
Bayi yang Mau Disuntik Bisa
Merasakan Kecemasan Ibunya
Bayi
dari ibu baru biasanya bakal merasakan sakit yang lebih ketika disuntik dibandingkan
anak dari ibu yang berpengalaman.Soalnya, anak-anak bisa merasakan kecemasan
dari orangtuanya.
Bayi dari
ibu baru biasanya bakal merasakan sakit yang lebih ketika disuntik,
dibandingkan bayi dari ibu yang berpengalaman.Soalnya, anak-anak bisa merasakan
kecemasan dari orangtuanya.
Bahkan ketika sang ibu yang tak menunjukkan rasa khawatirnya, anak-anak juga bisa merasakan stres saat menunggu vaksinasi pertamanya.
Bayi-bayi menunjukkan banyak tanda ketika kesakitan, meskipun bayi-bayi itu tidak tahu apa yang akan terjadi. Demikian informasi dari psikolog Dr Nadja Reissland dari Durham University seperti dikutip Dailymail, Kamis (10/1/2013).
Reissland mengatakan, empati ibu baru soal rasa sakit yang akan ditimbulkan ke anaknya bisa mempengaruhi keduanya (ibu dan anak).
"Mereka berpikir bayi mereka akan disakiti, itu tidak ditunjukkan di wajah atau perilaku mereka, tapi itu dikomunikasikan ke anak," kata Reissland.
Sementara ibu yang lebih berpengalaman kurang merasa cemas dan bisa mengatasinya lebih baik.
Pada penelitian, 50 ibu menggendong bayinya yang berusia 2 tahun dan direkam selama dua kali vaksinasi.Peneliti juga menganalisa sentuhan ibu, perilaku, dan ekspresi sakit dari bayi sebelum vaksinasi.
Ekspresi wajah seperti meringis dan menangis menjadi kode yang secara obyektif yang menunjukkan rasa nyeri secara keseluruhan. Setelah menjalani semua prosedur vaksinasi, ibu diminta untuk memperkirakan tingkat rasa sakit sang bayi.
Rasa nyeri diamati pada semua bayi dan meningkat selama proses vaksinasi. Pada pertama kali disuntik, bayi merasakan sakit.Kemudian dijeda dan pada suntikan kedua ternyata rasa sakitnya meningkat.
Namun, bayi dari ibu baru menunjukkan rasa lebih sakit dalam mengantisipasi suntikan pertama dibanding ibu yang berpengalaman.
Studi itu menunjukkan, hampir semua ibu berlebihan jika mengenai rasa sakit bayinya.Temuan ini diterbitkan dalam Jurnal Reproductive and Infant Psychology.
Dr Reissland, peneliti utama, menyarankan wanita hamil belajar di kelas parenting dalam upaya mengurangi ketakutan.
"Yang penting ibu baru merasa cukup nyaman, pengalaman rasa sakit di awal bisa memberikan respons rasa sakit di kemudian hari".
Dr David Elliman, Ahli Imunisasi untuk Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan, imunisasi anak sangat penting. "Sudah umum anak-anak menjadi gugup sebelum dokter melakukan vaksinasi, sehingga perilaku ibu selama ini sangat penting dalam mengurangi rasa sakit yang dirasakan bayinya," ujarnya.(MEL/IGW)
Bahkan ketika sang ibu yang tak menunjukkan rasa khawatirnya, anak-anak juga bisa merasakan stres saat menunggu vaksinasi pertamanya.
Bayi-bayi menunjukkan banyak tanda ketika kesakitan, meskipun bayi-bayi itu tidak tahu apa yang akan terjadi. Demikian informasi dari psikolog Dr Nadja Reissland dari Durham University seperti dikutip Dailymail, Kamis (10/1/2013).
Reissland mengatakan, empati ibu baru soal rasa sakit yang akan ditimbulkan ke anaknya bisa mempengaruhi keduanya (ibu dan anak).
"Mereka berpikir bayi mereka akan disakiti, itu tidak ditunjukkan di wajah atau perilaku mereka, tapi itu dikomunikasikan ke anak," kata Reissland.
Sementara ibu yang lebih berpengalaman kurang merasa cemas dan bisa mengatasinya lebih baik.
Pada penelitian, 50 ibu menggendong bayinya yang berusia 2 tahun dan direkam selama dua kali vaksinasi.Peneliti juga menganalisa sentuhan ibu, perilaku, dan ekspresi sakit dari bayi sebelum vaksinasi.
Ekspresi wajah seperti meringis dan menangis menjadi kode yang secara obyektif yang menunjukkan rasa nyeri secara keseluruhan. Setelah menjalani semua prosedur vaksinasi, ibu diminta untuk memperkirakan tingkat rasa sakit sang bayi.
Rasa nyeri diamati pada semua bayi dan meningkat selama proses vaksinasi. Pada pertama kali disuntik, bayi merasakan sakit.Kemudian dijeda dan pada suntikan kedua ternyata rasa sakitnya meningkat.
Namun, bayi dari ibu baru menunjukkan rasa lebih sakit dalam mengantisipasi suntikan pertama dibanding ibu yang berpengalaman.
Studi itu menunjukkan, hampir semua ibu berlebihan jika mengenai rasa sakit bayinya.Temuan ini diterbitkan dalam Jurnal Reproductive and Infant Psychology.
Dr Reissland, peneliti utama, menyarankan wanita hamil belajar di kelas parenting dalam upaya mengurangi ketakutan.
"Yang penting ibu baru merasa cukup nyaman, pengalaman rasa sakit di awal bisa memberikan respons rasa sakit di kemudian hari".
Dr David Elliman, Ahli Imunisasi untuk Royal College of Paediatrics and Child Health mengatakan, imunisasi anak sangat penting. "Sudah umum anak-anak menjadi gugup sebelum dokter melakukan vaksinasi, sehingga perilaku ibu selama ini sangat penting dalam mengurangi rasa sakit yang dirasakan bayinya," ujarnya.(MEL/IGW)
PEMBAHASAN:
Rasa
cemas merupakan keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam
atau yang dibayangkan. Ciri- ciri keadaan mental yang tidak enak dalam rasa
cemas pada suatu saat mungkin meningkat menjadi kecemasan yang disebut “
kecemasan yang mengambang” (free floating anxiety). Pada kecemasan yang
mengambang ini anak mengalami keadaan takut yang ringan setiap menghadapi
situasi yang dianggap sebagai ancaman yang potensial.
Meskipun
rasa cemas berkembang dari rasa takut dan khawatir, namun dalam berbagai segi
berbeda satu sama lain. Rasa cemas bersifat lebih samar-samar dibandingkan
dengan rasa takut.Tidak seperti rasa takut, rasa cemas tidak disebabkan oleh
situasi yang nyata, tetapi oleh situasi yang dibayangkan.
Sebagaimana
rasa khawatir, rasa cemas lebih ditimbulkan oleh sebab yang dibayangkan dibandingkan dengan sebab yang
nyata. Meskipun demikian, rasa cemas berbeda dari rasa khawatir dalam dua
segi.Pertama, rasa khawatir berkaitan engan situasi khusus, seperti pesta,
ujian atau masalah keuangan; sedangkan rasa cemas adalah keadaan emosi yang
bersifat umum.Kedua, rasa khawatir disebabkan oleh masalah objektif, sedangkan
rasa cemas disebabkan oleh masalah subjektif.
Kecemasan
bergantung pada kemampuan membayangkan sesuatu yang tidak tertampung didepan
mata, sehingga perasaan ini berkembang lebih kemudian dibandingkan dengan rasa
takut.Rasa cemas sering kali dijumpai paada masa sekolah awal dan cenderung
meningkat pada masa kanak-kanak, terutama dari kelas empat sampai kelas enam
sekolah dasar.Pada masa puber rasa cemas tidak berkurang tetapi menjadi semakin
kuat.
Rasa
cemas sering berkembang setelah melalui suatu periode rasa khawatir yang kuat
dan sering sehingga melemahkan kepercayaan pada diri sendiri dan menimbulkan
perasaan tidak mampu.Rasa cemas juga berkembang karena penularan. Jika
anak-anak berhubungan terlalu akrab dengan orang yang cemas, misalnya ibu atau
saudaranya, mereka mungkin akan meniru kecemasan. Jika mereka sebelumnya telah
menderita rasa cemas, hubungan dengan orang yang cemas cenderung meningkatkan
kecemasan.
Dalam
bentuk yang lebih lunak, rasa cemas mungkin diekspresikan dalam perilaku yang
mudah dikenal, seperti murung, gugup, mudah tersinggung, tidur yang tidak
nyenyak, cepat marah, dan kepekaan yang luar biasa terhadap perkataan atau
perbuatan orang lain. Anak-anak yang merasa cemas tidak bahagia karena merasa
tidak tentram.Mereka mungkin mempermasalahkan diri sendiri karena merasa
bersalah atas ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orang tua, guru, dan teman
sebaya, dan sering merasa kesepian serta disalahmengertikan.Ketidakpuasan diri
yang mereka alami tidak terbatas pada suatu situasi spesifik, tetapi bahkan
meluas.
Dalam
bentuk yang lebih kuat, rasa cemas mungkin tidak mudah dikenali. Sebagian besar
diantaranya dilakukan secara tak sadar, dan anak-anak itu secara tidak sadar
juga membuat diri mereka dan orang lain tidak mengetahui keadaan cemas mereka.
Kedekatan
antara bayi dan ibu juga dapat mempengaruhi rasa cemas yang dirasakan
bayi.Seperti contoh kasus diatas. Ibu yang baru pertama kali memvaksinasi
anaknya, akan merasakan rasa cemas dibanding dengan ibu yang sudah beberapa
kali memvaksin anaknya. Rasa cemas yang dirasakan sang ibu ini juga dapat
menular kepada bayi yang akan divaksin.